Kematian aktor kawakan Hollywood, Robin Williams Senin (11/8) di usia 63 tahun mengagetkan banyak orang. Berita kematian bunuh diri Robin yang ditemukan di rumahnya, Tiburon, sebelah utara San Francisco itu ini memunculkan banyak komentar, mengingat selama ini ia dikenal sebagai komedian yang melalui film-filmnya selalu menghibur dan membuat banyak manusia di berbagai belahan dunia tertawa. Kabar kematian Robin, mengingatkan kita akan daftar panjang aktor dan aktris sukses dan ternama dunia yang mengakhiri hidupnya dengan tragis. Sebutlah sejak zaman dulu seperti seperti Marlyn Monroe sampai yang terjadi pada dasawarsa ini Michael Jackson atau Withney Houston. Mereka dikenal cerdas, briliyan, sukses, kaya, dan tenar, namun terkena depresi berat sehingga ketergantungan pada obat-obat terlarang.
Mengapa banyak orang sukses secara materi dan tenar namun bunuh diri? Saya teringat beberapa tahun lalu pernah mengunjungi Golden Gate Bridge jembatan yang merupakan tempat bunuh diri terlaris dalam sejarah Amerika, dan diperkirakan juga dalam sejarah dunia. Sejak jembatan tersebut dibuka pada tahun 1937. Jembatan indah dan dibangun sangat kokoh tidak diduga akhirnya menjadi tempat yang menjembatani nyawa para korban ke alam kematian. Perbincangan bunuh diri selalu menggelitik, tragis, penuh ironi. Tak hanya kasus Robins William, yang ironis, penghibur dan yang dapat membuat orang lain tertawa, namun dirinya menderita. Dulu ada tokoh dalam sinetron yang menjadi seorang ibu teladan yang sangat bijak namun juga akhirnya mengakhiri hidup dengan tragis karena tidak kuat menanggung beban hidup.
Yang belakangan menjadi sorotan adalah permohonan Ignatius Ryan Tumiwa kepada Mahkamah Konstitusi (MK) untuk melegalkan bunuh diri atas permintaan sendiri (euthanasia). Menurut pria yang konon lulusan S2 dari perguruan tinggi negeri ternama ini gugatan suntik mati yang diajukannya tersebut merupakan jalan terakhir jika dirinya tidak mempunyai solusi menyembuhkan depresi. Alasan keinginan bunuh diri karena ia hidup seorang diri dan tidak mempunyai pekerjaan, dan juga tidak mempunyai biaya untuk dapat berkonsultasi dengan psikiater. Di Indonesia angka bunuh diri di Indonesia terus meningkat hingga jumlahnya tergolong tinggi mencapai 50 ribu orang dari 220 juta total penduduk Indonesia. Tingginya angka kematian Indonesia nyaris sebanding dengan Jepang yang memiliki tradisi Harakiri yakni bunuh diri karena kuatnya budaya malu. Indonesia dan Jepang menempati posisi yang sama di urutan kesembilan dari seluruh negara di dunia.
Kasus Ryan, Robin Williams dan tingginya kasus membuat kita perlu merenungkan kembali arti kesuksesan dan juga sistem pendidikan kita saat ini bahwa tidak cukup hanya kecerdasan intelektual dan emosional saja yang dapat menghantar seseorang pada kesuksesan hidup. Diperlukan kecerdasan ketiga yaitu kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna dan nilai-nilai kehidupan. Kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain.
PINTAR, KAYA, dan POPULAR ternyata tidak menjamin seseorang pasti bahagia. Pintar, kaya, dan popular tanpa KARAKTER yang yang kokoh, bagaikan pohon rindang tanpa akar yang mudah tumbang saat diterpa badai, sehingga memutuskan mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Karenanya siapkan diri kita, generasi bangsa kita dengan karakter yang kokoh berbasis spiritualitas.
Dari: http://aryginanjar.com/bunuh-diri-dan-tantangan-dunia-pendidikan
Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u817471964/domains/iaiqi.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39
Bunuh Diri dan Tantangan Dunia Pendidikan
Jangan lupa di share ke sosial media :
Informasi
Pimpinan
Rektor
Dr. Hj. Muyasaroh, M.Pd.I.
Wakil Rektor I
Dr. H. Bakhrum, M.Ed.
Wakil Rektor II
M. Ali Sodikin, M.Pd.
Wakil Rektor III
Dr. Zaimuddin, M.S.I.
Ka. Biro AUAK
Awaludin, M.Pd.
Direktur Pascasarjana
Dr. H. Firdaus Basuni, M.Pd.
Dekan Tarbiyah
Dr. Cittra Juniarni, M.Pd.I.
Dekan Ushuluddin
Dr. Paizaluddin, M.Pd.I.
Dekan Febi
Dr. Zainuddin, M.Pd.I.
Previous slide
Next slide
Pengumuman
Recent posts
Pelatihan Imam dan Khatib
No Comments
Pelatihan Dai/Daiyah 2024
No Comments
MASTAMA 2024
No Comments
Kuliah Umum
No Comments