Indralaya (13/09), Berangkat dari kampus STITQI pukul 09.00, rombongan pengurus dan dosen STITQI melaksanakan monitoring kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPLK) II angkatan X. Untuk di Indralaya, monitoring ini dilakukan di 2 tempat, SMA Lingua Prima dan SMA PGRI. Sedangkan sisanya di SMA Muhammadiyah Tanjung Raja.
Di PPI, santri dan walinya yang berasal dari kalangan tradisionalis dan modernis dapat bercengkerama dengan gembira. Belida dan Besemah bisa bercanda. Kain sarung dan celana panjang bisa berjalan bersama. Naghom (ngaji belagu) dan radio bersenandung bersama. Jurmiyah bergandengan tangan dengan fisika. Qiroatul kutub dan internet berpelukan mesra. Di sini tradisonalitas dan modernitas saling menyapa dengan ramah dalam kehidupan yang bersahaja.
SistempendidikandiIndonesiasecara umummasihdititikberatkanpada kecerdasan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari orientasi sekolah-sekolah yang ada masih disibukkandenganujian,mulaidariujianmid,ujianakhirhingga ujiannasional. Ditambah latihan-latihan soal harian dan pekerjaanrumah untuk memecahkan pertanyaandibukupelajaranyang biasanyatak relevandengankehidupanseharihari parasiswa.
Masa remaja merupakan masa transisi bagi individu dalam mencari jati diri atau identitasnya. Keadaan jiwa yang tidak stabil menyebabkan rasa emosional yang tinggi, keingintahuan yang kuat terhadap hal-hal yang baru, dan keinginan untuk diakui masyarakat sekitar dan lain sebagainya.
(Salzman dan Pikunas 1976) menyatakan bahwa masa remaja ditandai dengan (1) Berkembangnya sikap dependen kepada orang tua kearah independen (2) Minat seksualitas. (3) Kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral”.[1]
“Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk 275 juta penduduk Indonesia”
PERILAKU otentik siswa dalam belajar dan guru dalam mengajar perlu terus diupayakan. Siswa idealnya bersemangat untuk memahami, bahkan memecahkan, berbagai masalah yang muncul di sekitarnya. Intinya, mereka belajar memahami dan memikirkan lingkungannya agar siap saat memasuki kehidupan, bukan hanya saat menghadapi ujian.
Ary Ginanjar mengatakan banyak contoh di sekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki pendidikan tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Sering kali mereka yang berpendidikan formal lebih rendah, ternyata lebih berhasil di dunia pekerjaan.
stitqi.ac.id (04/09), sekitar pukul 24.00 WIB rombongan wisata ruhani al-Ittifaqiah tiba di halaman kampus pusat Pondok Pesantren al-Ittifaqiah (PPI). Jama’ah yang dipimpin oleh KH. Muhammad Natsir ini tiba dari perjalanan ziarah selama lebih kurang 8 hari. Selain itu mereka juga menghadiri wisuda sarjana Dr. Hj. Muyassaroh di kampus Universitas Negeri Yogyakarta 30 Agustus 2014.
SELURUH MAHASISWA/I STITQI REGULER A YANG AKAN MENGAMBIL KARTU KULIAH DIWAJIBKAN UNTUK MENUNJUKKAN FOTO UKURAN 2X3 (BERWARNA) SESUAI DENGAN JUMLAH MATA KULIAH YANG DIAMBIL DEMIKIAN UNTUK DILAKSANAKAN. Indralaya, 9 September 2014 A.n. Ketua, Ketua TU, Awaludin, S.Pd.I
Maurice Bucaille adalah seorang ahli bedah paling pintar yang pernah dimiliki Perancis di abad modern. Pria kelahiran 19 Juli 1920 silam ini telah menamatkan pendidikan menengah atas, ia belajar di Fakultas Kedokteran, Universitas Perancis.
