Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u817471964/domains/iaiqi.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u817471964/domains/iaiqi.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u817471964/domains/iaiqi.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u817471964/domains/iaiqi.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u817471964/domains/iaiqi.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Pendidikan dan Metode Reward and Punishment

Suharni, S.Pd.I*
Dalam mengupayakan pendidikan yang efektif, para pendidik menerapkan berbagai bentuk metode. Diantara sekian banyak metode dalam mendidik anak ada yang dikenal dengan metode reward (hadiah) dan punishment (hukuman). Metode reward dan punishment merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembinaan anak. Islam sebagai sistem hidup yang universal telah menempatkan konsep reward dan punishment sebagai prinsif yang utama dalam pendidikan. Dengan reward anak akan merasa dimotivasi dan punishment untuk melakukan kebaikan, dan dengan punishment anak akan berhati-hati agar tidak terjerumus pada keburukan.
Pendidikan Islam mementingkan pemenuhan kebutuhan psikologis sejak anak berusia kanak-kanak itu berkaitan erat dengan proses reward dan punishment dalam mendidik anak. Keluarga merupakan lingkungan pertama tempat anak menerima prinsif-prinsif reward dan punishment. Reward dan punishment memiliki urgensi yang khas dalam proses pendidikan.
Pemberian reward dan punishment ini terkait erat dengan sisi tabiat manusia. Sebab sebagaimana diketahui bahwa di dalam jiwa manusia itu ada dua kecenderungan yaitu kebaikan dan kejahatan. Dalam Al Quran Surat Asy-Syam ayat 7-10 dijelaskan yang artinya: “Dan jiwa serta penyempurnaan-Nya (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan-Nya, sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”. (Q.S. Asy-Syam: 7-10).
Karena manusia itu memiliki kecenderungan untuk baik dan jahat, maka diperlukan suatu alat sebagai pendorong dan penghalang, agar manusia terarah kepada arah kebaikan dan terhindar dari perbuatan jahat. Alat yang bisa digunakan di antaranya adalah pemberian reward terhadap tingkah laku yang baik (positif) dan punishment sebagai balasan terhadap apa yang dipandang negatif.
Sedangkan balasan terhadap perbuatan buruk diantaranya dapat dilihat dalam firman Allah SWT, yang artinya “Sesungguhnya neraka jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai, lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas, mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya, mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah, sebagai pembalasan yang setimpal”. (Q.S. An-Naba’: 21-26).
Dari ayat-ayat yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa Allah swt telah menyiapkan balasan bagi orang-orang yang telah berbuat baik dan buruk. Balasan bagi yang berbuat baik dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya adalah surga yang kesenangan dan fasilitas yang disediakan di dalamnya melebihi apapun yang ada di muka bumi ini.
Sementara balasan atau punishment bagi orang-orang yang berbuat jahat dan melanggar apa yang telah digariskan-Nya adalah Neraka Jahannam. Ini perlu dipahami, sebab tujuan akhir dari proses pendidikan khususnya pendidikan Islam adalah tercapainya kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Kesejahteraan di akhirat hanya dapat dirasakan apabila kita memiliki timbangan amal kebaikan lebih banyak sehingga diberi imbalan menjadi penghuni Surga.
Namun sebaliknya apabila kita memiliki catatan keburukan lebih berat, maka kita juga akan diberi hukuman berupa menjadi penghuni neraka dan bukan kedamaian yang kita dapati melainkan siksa dan azab yang sangat pedih.
Selanjutnya dalam proses pendidikan dengan adanya pemberian reward, seorang anak akan lebih termotivasi dalam melakukan aktifitas yang berhubungan dengan pemberian reward tersebut, namun, sangat disayangkan bahwa pada saat ini pelaksanaan dari kedua hal tersebut, terutama punishment seringkali menyimpang dan tidak sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah ada. Kalau orang tua atau pendidik mengetahui dan memahami bahwa tujuan dari pemberian punishment itu adalah untuk memperbaiki anak bukan untuk menghakiminya, serta berpegang pada pedoman yang ada tentunya tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses pendidikan.
Punishment diberikan oleh orang tua kepada anak harus mempunyai tujuan yang bersifat mendidik. Adanya asas punishment jasmani tidak diletakkan sebagai alasan untuk mempergunakan punishment fisik tanpa pandang bulu.
Punishment kepada anak tidak hanya berakibat negatif, tetapi juga merupakan suatu hal yang bersifat positif terutama untuk membentuk pribadi anak yang sesuai dengan ajaran dan tuntunan agama Islam.
Metode pendidikan yang menggunakan reward dan punishment yang bersumber dari ajaran Islam mengandung nilai pedagogis yang tidak usang jika dibandingkan dengan metode pendidikan Barat modern sekarang ini.
Memberikan punishment kepada anak disyari’atkan dalam Islam. Para fuqaha, terutama yang mempunyai perhatian terhadap permasalahan pendidikan anak, membolehkan pendidikan anak dengan menggunakan punishment fisik dalam urusan shalat dan kondisi lainnya yang memang menuntut hal yang demikian. Hanya saja punishment menurut mereka tidaklah mutlak tanpa batas. Para fuqaha telah membentenginya dengan berbagai bingkai agar dapat menjamin punishment itu memainkan perannya dalam memperbaiki dan meluruskan tingkah laku anak. Punishment janganlah menjadi tujuan dan ajang pelampiasan amarah, dan balas dendam kepada anak.
Metode reward dan punishment dalam pendidikan Islam berbeda dengan apa yang dikenal dalam pendidikan Barat, di dalam pendidikan Islam metode reward dan punishment dikenal dengan istilah targhib (reward) dan tarhib (memperingatkan). Adapun perbedaan reward dan punishment dalam pendidikan Barat dengan targhib dan tarhib, ialah metode targhib dan tarhib dijabarkan ke dari keistimewaan yang lahir dari tabiat rabbaniyyah, dan juga diselaraskan dengan fitrah manusia, sedangkan reward dan punishment dalam pendidikan Barat hanya memandang dari segi psikologis (kejiwaan) saja.
Memperingatkan (targhib dan tarhib) adalah termasuk kiat islami yang tidak mungkin ditinggalkan oleh seorang pendidik. Sebab murid atau anak didik perlu mengetahui akibat dari tingkah laku mereka yang baik maupun yang buruk.
Pendidikan Islam memberikan perhatian yang besar terhadap punishment, baik punishment spritual (ruhani) dan punishment material (fisik). Punishment diberi batasan dan persyaratan dan pendidik tidak boleh melanggarnya, jika pendidik atau orang tua menginginkan anak berakhlak al-karimah sesuai dengan ajaran dan tuntunan agama Islam.
Reward sebagai salah satu alat pendidikan yang diberikan kepada anak didik sebagai balasan terhadap akhlak yang baik dan prestasi yang dicapainya. Dengan demikian, maka diharapkan anak akan termotivasi dengan diberikan reward dan punishment untuk melakukan perilaku yang baik.
Dalam memberikan punishment kepada anak, orang tua harus meletakkan punishment itu pada proporsi yang sebenarnya, seperti juga meletakkan sikap ramah tamah, lemah lembut pada tempat yang benar. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian, sikap dan cara hidup orang tua tua merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, dan dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.
Reward dan punishment dalam mendidik anak di lingkungan keluarga menurut pandangan pakar pendidikan Islam, seperti Al-Qabasi. Mengenai masalah reward dia berpesan agar menyayangi anak didik, berlaku lemah lembut kepada mereka, memberikan nasihat yang tulus kepada mereka. Al-Qabasi juga mengakui adanya punishment dengan pukulan. Namun, dia menetapkan berbagai syarat supaya pukulan itu tidak melenceng dari tujuan preventif.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami betapa pentingnya metode reward dan punishment sebagai suatu alat yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan.
*Alumni STITQI 2010

Jangan lupa di share ke sosial media :

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top