February 5, 2015

Kreasi

Islam Dalam Krisis (II)

Dinasti Umayyah yang sepenuhnya bercorak Arab dibangun Mu’awiyah di atas kafan ‘Ali bin Abi Thalib dengan ibu kota Damaskus. Rezim ini bisa bertahan sekitar 90 tahun (661-750) untuk kemudian diluluhlantakkan oleh rezim baru, campuran Arab dan Persi, dinasti ‘Abbasiyah (750-1258), dengan ibu kota Baghdad. Muslim keturunan Persi merasa dianaktirikan oleh rezim Umayyah sebagai warga mawâlî (kelas dua) cepat bergabung dengan rezim ‘Abbasiyah yang semula berpusat di Khurasan (Persi).
Peradaban memang berkembang hingga mencapai puncak-puncaknya yang tertinggi, tetapi semua itu juga dibangun di atas tengkorak umat Islam yang berbeda pandangan politik. Salah seorang dari unsur dinasti Umayyah yang bebas dari pengejaran pasukan ‘Abbasiyah, Abd al-Rahman I (al-Dâkhil) lari ke Spanyol untuk kemudian pada tahun 756 membangun kerajaan di sana yang bisa bertahan berabad-abad sampai 1031 disertai perkembangan peradaban yang tidak kalah hebatnya dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh dinasti ‘Abbasiyah di belahan Timur. Kita semua pasti bangga dengan capaian-capaian itu, tetapi jangan lupa membaca sisi gelap yang lain: politik kekuasaan telah menghancurkan perumahan persaudaraan umat dengan membuang jauh perintah Alquran tentang persatuan berdasarkan iman ke dalam limbo sejarah. Dalam politik kekuasaan, iman sering benar digantikan oleh semangat suku, ras, atau keturunan.

Read More »
Scroll to Top