Keluarga dan Internalisasi Akhlakul Karimah
Mujahid S.Pd.I*
Menurut Ahmad D. Marimba “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. Adapun pendidikan menurut Ki. Hajar Dewantara ialah “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya”. Kemudian menurut Zahara Idris pengertian Pendidikan adalah “membantu anak dengan sengaja untuk menjadi manusia dewasa, yakni bertanggung jawab bagi dirinya sendiri dan masyarakat”.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian-pengertian tentang pendidikan di atas maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah suatu usaha seseorang yang dilakukan dengan sadar untuk merubah anak-anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan tanggung jawab ialah bahwa ia telah memiliki bekal yang cukup untuk meneruskan kehidupannya, yang mana bekal itu telah diperolehnya dari orang-orang dewasa melalui pengajaran dan pendidikan.
Pengertian akhlak secara etomologis adalah jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Secara terminologis defenisi tentang akhlak ada beberapa pendapat diantaranya ialah, Abdul Karim Zaidan mendefinisikan akhlak adalah “nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkannya”. Ibrahim Anas mengatakan akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”. Adapun menurut Imam Al-Ghazali mengatakan akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Ketiga defenisi tersebut di atas sepakat menyatakan bahwa akhlak atau khuluq itu adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia, sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu serta tidak memerlukan dorongan dari luar.
Tohirin mengatakan “masa akhir anak-anak berlangsung antara usia 6-12 tahun. Masa ini disebut juga sebagai masa anak sekolah, masa dimana anak mulai belajar memasuki dunia yang lebih luas. Pada fase ini anak mempunyai ciri-ciri utama yaitu : memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki dunia sebaya. Kedua, keadaan fisik yang memungkinkan si anak memasuki dunia permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani dan yang ketiga, si anak memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, dan komunikasi yang luas.”
Anak merupakan amanah di tangan kedua orang tuanya dan qalbunya yang masih bersih serta permata yang sangat berharga. Keadaan fitrahnya akan senantiasa siap untuk menerima yang baik atau yang buruk dari orang tua atau pendidiknya, jika dibiasakan dengan kebaikan niscaya ia menjadi baik, sebaliknya jika dibiasakan dengan hal-hal yang buruk niscaya ia akan menjadi orang yang celaka dan binasa. Ungkapan ini merupakan pesan moral kepada orang tua berkaitan dengan pendidikan anak-anaknya. Orang tua sangat berkepentingan untuk mendidik dan mengarahkan putra-putrinya ke arah yang baik dan memberikan bekal berbagai adab dan moralitas agar mereka terbimbing menjadi anak-anak yang dapat dibanggakan kelak di hadapan Allah swt.
Suwarno mengatakan keluarga merupakan lembaga pendidikan utama yang dialami oleh anak dan merupakan lembaga pendidikan yang bersifat kodrat. Soerjono Soekarno menjelaskan mengenai keluarga bathin, yaitu keluarga kecil yang terdiri dari suami / istri serta anak yang belum nikah dan merupakan unit pergaulan yang terkecil dalam masyarakat. Menurut Sama’un Bakry keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakteristik masyarakat, juga lingkungan pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya.
*Alumni STITQI Indralaya 2011