stitqi.ac.id (11/2) – Dalam rangka mematangkan persiapan peserta MTQ/STQ di beberapa kabupaten dan provinsi Sumatera Selatan, Lembaga Tahfidz dan Tilawah Al-Quran (LEMTATIQI) pondok pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya mulai membuka training center.
Sebelum membuka secara resmi, ustaz Khotmir Rohi, S.Pd.I. menjelaskan bahwa tujuan TC bukan hanya mengejar target juara melainkan juga sebagai bahan evaluasi.
Salah satu dosen di STITQI ini juga mengharapkan semua peserta meluruskan niat dalam mengikuti MTQ/STQ. Selain itu juga agar jangan menodai sedikitpun nilai-nilai keikhlasan, karena banyak peserta MTQ pada saat latihan begitu sempurna tetapi ketika tampil jadi berantakan. Beberapa hal yang membuat peserta gagal diantaranya adalah tidak ikhlas sehingga dia meremehkan pembina, meremehkan peserta yang lain dan timbul rasa riya dalam hatinya.
Dia juga mengingatkan semua agar selalu menjaga diri. “Ada satu pengalaman pahit beberapa tahun yang lalu. salah satu peserta mendapatkan nilai yang tinggi dan akhirnya menjadi juara. Tetapi ketika pulang ke ma’had, ia langsung diberhentikan karena pada saat MTQ mengabaikan sunah-sunah pondok, tidak berakhlakul karimah dan menodai almamater PPI”.
“Oleh karena itu, jadikanlah ajang MTQ/STQ sebagai wadah syiar al-Quran, syiar Islam dan ma’had. Kuncinya hanya satu yaitu ikhlas . Al-Quran hanya akan bersatu dengan seseorang yang berakhlak mulia”, ujarnya.
Menyambung penjelasan itu, ketua LEMTATIQI ustaZ. Royani, S.Pd.I al-hafidz turut menjelaskan bahwa TC ini akan dilaksanakan selama 4 hari dan diikuti oleh 83 peserta.
“Kita sebenarnya kewalahan memenuhi permintaan peserta dari beberapa kabupaten di Sumsel. Yang memenuhi persyaratan hanya 83 orang. Faktor umur adalah satu syarat mutlak yang harus kita taati. Memang masih banyak santri kita yang memiliki potensi tapi mereka harus menelan rasa kecewa karena lebih umur walaupun itu hanya beberapa hari dan minggu saja”.
Salah satu dosen di STITQI ini juga mengharapkan semua peserta meluruskan niat dalam mengikuti MTQ/STQ. Selain itu juga agar jangan menodai sedikitpun nilai-nilai keikhlasan, karena banyak peserta MTQ pada saat latihan begitu sempurna tetapi ketika tampil jadi berantakan. Beberapa hal yang membuat peserta gagal diantaranya adalah tidak ikhlas sehingga dia meremehkan pembina, meremehkan peserta yang lain dan timbul rasa riya dalam hatinya.
Dia juga mengingatkan semua agar selalu menjaga diri. “Ada satu pengalaman pahit beberapa tahun yang lalu. salah satu peserta mendapatkan nilai yang tinggi dan akhirnya menjadi juara. Tetapi ketika pulang ke ma’had, ia langsung diberhentikan karena pada saat MTQ mengabaikan sunah-sunah pondok, tidak berakhlakul karimah dan menodai almamater PPI”.
“Oleh karena itu, jadikanlah ajang MTQ/STQ sebagai wadah syiar al-Quran, syiar Islam dan ma’had. Kuncinya hanya satu yaitu ikhlas . Al-Quran hanya akan bersatu dengan seseorang yang berakhlak mulia”, ujarnya.
Menyambung penjelasan itu, ketua LEMTATIQI ustaZ. Royani, S.Pd.I al-hafidz turut menjelaskan bahwa TC ini akan dilaksanakan selama 4 hari dan diikuti oleh 83 peserta.
“Kita sebenarnya kewalahan memenuhi permintaan peserta dari beberapa kabupaten di Sumsel. Yang memenuhi persyaratan hanya 83 orang. Faktor umur adalah satu syarat mutlak yang harus kita taati. Memang masih banyak santri kita yang memiliki potensi tapi mereka harus menelan rasa kecewa karena lebih umur walaupun itu hanya beberapa hari dan minggu saja”.