Sebulan Mengabdi, Mahasiswa Tinggalkan Jejak Pengabdian Qur’ani
Gelumbang, 27 Agustus 2025 — Aula Kantor Kecamatan Gelumbang sore itu dipenuhi wajah lega sekaligus haru. Sebanyak 174 mahasiswa Institut Agama Islam Al-Qur’an Al-Ittifaqiah (IAIQI) Indralaya resmi ditarik kembali setelah sebulan penuh menjalani pengabdian masyarakat dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) ke-20.
Mengusung tema “Mewujudkan Masyarakat Qur’ani yang Berdaya dan Berperadaban,” KKN berlangsung sejak 29 Juli hingga 27 Agustus 2025. Para mahasiswa tersebar di sepuluh desa di Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim, membawa beragam program sosial, pendidikan, dan keagamaan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat.
Acara serah terima kembali dibuka dengan laporan dari Ketua LP2M IAIQI Indralaya, Ahmad Abdul Qiso, M.Pd., yang menekankan pentingnya KKN sebagai laboratorium sosial mahasiswa. “Kegiatan ini bukan hanya pengabdian, tapi juga pembelajaran bagaimana ilmu di kampus berpadu dengan realitas masyarakat,” ujarnya.
Pihak Kecamatan Gelumbang, dalam hal ini diwakili Ahyaudin, S.Sos. selaku Kasie Pemerintahan, memberikan sambutan sekaligus menarik secara resmi para mahasiswa dari desa-desa lokasi KKN. Ia menyampaikan apresiasi atas kontribusi mahasiswa IAIQI yang selama sebulan aktif menggerakkan kegiatan sosial keagamaan, pendidikan Al-Qur’an, hingga program pemberdayaan warga.
Dari pihak kampus, sambutan disampaikan oleh Dr. Za’imuddin, M.S.I., Wakil Rektor III, yang hadir mewakili Rektor IAIQI. Ia menerima kembali secara resmi mahasiswa dari pemerintah kecamatan. Dalam pidatonya, Za’imuddin menekankan bahwa pengalaman lapangan adalah bekal penting yang tak bisa didapat di ruang kuliah. “KKN adalah ruang nyata mahasiswa untuk menguji pengetahuan, berempati, dan menebar manfaat. Jejak kecil mereka semoga menjadi bagian dari sejarah pembangunan desa di Gelumbang,” katanya.
Dengan berakhirnya prosesi serah terima, KKN ke-20 IAIQI Indralaya resmi ditutup. Bagi mahasiswa, Gelumbang bukan sekadar lokasi pengabdian, melainkan ruang tumbuh yang meninggalkan pelajaran: bahwa ilmu, jika dipadukan dengan empati, mampu melahirkan masyarakat Qur’ani yang berdaya dan berperadaban.
